Tapi aku yakin kalian akan sangat
terpesonannya juga dengan Adam, bukan karena Tian kalah ganteng. Tentu saja
Tian tetap ganteng tapi aura dan karisma Adam lebih terpancarkan karena dia
atlet renang yang ramah. Secara visual memang Tian tidak terkalahkan tapi
jangan salah Adam juga sama cakepnya dengan Tian. Adam memang sedikit lebih
pendek dari Tian tetapi Adam punya badan yang bidang sesuai dengan wajahnya
beda dengan Tian yang kurus kering.
Untuk pertama kalinya aku bertemu
dengan Adam karena Tian menyuruhku mengembalikan bukunya. Waktu itu Tian sedang
sibuk dengan persiapan lomba jadi tidak sempat mengembalikan buku Adam. Ketika
aku mengembalikan buku itu padanya Adam pernah menanyakan soal perasaanku pada
Tian. Tentu saja aku tidak perlu menjawab pertanyaan macam itu kepada orang
yang aku kenal lewat nama doang. Sejujurnya aku tidak perlu suka dengan Adam
yang memang sedari awal tidak bisa menerima kedekatanku dengan Tian
“kenapa kamu sepertinya tidak
suka aku dekat dengan Tian?” terpaksa aku tanyakan padanya karena aku tidak
ingin punya masalah dengan orang yang dekat dengan Tian
“kamu cuma salah paham saja”
jawab Adam sedang membuka buku yang aku kembalikan
“trus kenapa kamu seolah bersikap
acuh padaku? Jujur ya dam, aku gamau punya masalah sama orang yang dekat dengan
Tian….aku harap kita bisa akrab…aku gamau…”kataku yang malah membuat Adam
ketawa yang semakin membuatku jengkel
“hahahhaha…bener kata Tian kamu
akan menanyakan ini kalau aku bersikap cuek kayak gini ke kamu” katanya yang
membuatku tidak mengerti. Adam menjelaskan kalau sebenarnya dia tidak termasuk
cuek padaku hanya untuk mengerjaiku saja. Setelah kejadian itu aku berteman
baik dengan Adam. Aku jadi tahu kalau alasan Tian ga pindah rumah karena
menunggu aku balik ke Jogja.
“aku sudah balikan bukunya pada
Adam” kataku sambil melihat Tian yang sedang sibuk mengerjakan soal di
bangkunya. Tian hanya bergumam “hmmm” ketika aku mengajaknya bicara. Sudah
seminggu ini dia sibuk mempersiapkan lomba dan aku merasa terabaikan.
“Yue…yuuuk ke kantin! Ada makanan
kesukaanmu tuh dah dibeliin sama Nando” ajak Pika yang membuat Tian
menghentikan tangannya ketika Pika menyebut nama Nando. Kalian belum tau yaaa,
kalau Nando salah satu teman sekelasku juga. Nando secara terang-terangan
bilang suka sama aku ketika pelajaran olahraga. Aku sudah menjelaskan kepada
Tian kalau aku tidak suka dengan Nando. Sebenarnya aku juga gatau kenapa harus
mengatakan itu padanya, toh dia juga ga peduli amat dengan kedekatanku dan
Nando.
“Yue…nanti kita pulang bareng,
ada buku yang harus kamu beli” ucap Tian yang tiba-tiba menyela pembicaraanku
dan Pika. Tian tidak menjelaskan buku apa lalu menyelonong keluar kelas.
Sebelum sampai pintu keluar Tian bilang akan membelikan roti di kantin dan
menyuruhku tinggal di kelas. Pika yang melihatnya pun heran dengan tingkah Tian
yang sok keren begitu. Pika curiga kalau Tian cemburu dengan Nando yang sudah
terang-terangan nembak aku.
“mau beli buku apa?” kataku pada
Tian yang sedang naik sepeda di depanku. Tian hanya bilang kalau aku akan tahu
setelah sampai di toko buku. Sesampainya di toko buku aku senang sekali karena
aku baru sadar kalau komik kesukaanku sudah terbit hari itu. Tian yang
melihatku kesenangan ikut tersenyum.
“sejak kapan kamu tahu kalau aku
suka komik ini?’ tanyaku padanya
“bukannya kamu pernah bilang kan”
katanya yang membuatku penasaran karena seingatku aku belum pernah memberitahu
Tian soal komik kesukaanku
“eehhh….aku beliin buku ini deh
buat Nando katanya dia mau belajar edit photo” kataku yang melihat buku tebal
berisi tentang editing photo. Tian yang melihatku mengambil buku langsung
mengambilnya dan menaruhnya lagi ke tempat semula
“kalau dia mau belajar biar beli
sendiri” katanya sambil pergi ke rak buku lainnya
“kenapa sih kamu kalau aku bahas
soal Nando jadi jengkel gitu, lagian ya dia juga teman sekelasmu lebih lama
lagi temenan sama kamu daripada aku” kataku yang juga jadi jengkel melihat
tingkah kanak-kanaknya
“aku beritahu dia suka sama siapa
saja di kelas jadi gausah sok baik sama dia” katanya membela diri
“sok baik gimana?? aku memang
baik sama dia” ucapku yang semakin nyolot
“aku ga suka….”katanya yang
membuatku mengulangi perkataannya namun mukanya memerah
“aku ga suka kamu deket-deket
sama Nando, apalagi makan bareng di kantin sampai mau beliin dia buku” jelas
Tian yang membuatku tidak bisa berkata lagi. Setelah pulang dari toko buku,
Tian tidak banyak bicara. Aku ingin menanyakan apa maksud dari perkataannya
tadi tapi aku urungkan niatku.
No comments:
Post a Comment