Aku sudah bilang aku bukannya membenci pelajaran tetapi memang aku tidak terlalu berminat belajar. Aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan menggambar atau menonton drama. Tapi entah darimana aku bisa berteman dengan Tian yang berbeda sekali denganku. Tian anak yang pintar tapi tidak secerdas aku dalam berteman hahahahha. Hari itu pelajaran kelompok dimulai, aku yang baru mengenal mereka pun bingung harus berkelompok sama siapa. Sepertinya keahlianku berteman menciut ketika berhadapan dengan Tian. Aku merasa cukup hanya duduk disampingnya saja. Meskipun aku yakin sebenarnya Tian tidak benar-benar melupakanku tapi entah
“kamu sekelompok sama siapa?? Aku ga bingung mau gabung sama siapa, mana aku ga ada yang ku kenal banget” tanyaku pada Tian yang hanya ditanggapi diam. Tidak lama kemudian Tian memberi saran kepada Pak Eko yang akan menyuruh bikin tugas kelompok Biologi lalu dipresentasikan. Tian menyarankan untuk dibentuk kelompoknya oleh Pak Eko karena para siswa belum juga mengumpulkan nama kelompoknya. Pak Eko menyetujuinya yang membuatku senang adalah entah itu sengaja atau tidak, seolah-olah Tian sedang menyelematkanku
Sebenarnya aku berharap aku bisa sekelompok sama Tian tapi dia sudah satu kelompok dengan Dewi yang amat pintar dan juga cantik di kelasku. Aku bertemu dengan teman baru yang tidak lain adalah teman depan bangkuku. Aku sering bicara sama dia tapi itupun cuma soal ada PR atau ga. Namanya Pika dia anak yang baik dan lumayan pintar juga
“Yue, sepulang sekolah kita kerjain bareng yaa soalnya kita kelompok pertama yang harus presentasi” ucap Pika yang juga mengajak teman lainnya
Sepulang sekolah aku masih duduk di kelas sambil mendengarkan lagi TFBOYS - Manual of Youth. Aku dengar kelompok juga tinggal di kelas untuk membahas konsep makalah kelompok mereka. Pika yang dari luar masuk ke dalam kelas dengan muka asam karena anggota kelompokku pada pulang duluan dengan berbagai alasan
“kamu kenapa Pika?” tanyaku seraya melepaskan earphone yang sedari tadi menempel di kupingku
“gimana ga kesel, kan udah aku bilangin jangan pulang duluan mau ngerjain tugas kelompok,,,eeeh malah pada pulang, katanya kita aja yang suruh kerjain” ucap Pika yang sudah tersulut amarah
“sudahlah santai aja, kita gausah kerjain aja” kataku lalu menempelkan earphone-ku lagi. Pika yang penasaran dengan lagu yang kudengarkan ikut nyerobot earphone-ku. Betapa terkejutnya dia suka TFBOYS, aku sama Pika sibuk membicarakan TFBOYS daripada membahas tugas kelompok kami
“gilaaa…siapa idola-mu di TFBOYS?” tanya Pika dengan wajah berbinar-binar setelah marah-marah ga jelas tadi
“Yi Yang Qian Xi” kataku yang langsung membuat Pika loncat-loncat senang karena menemukan bias yang sama. Pika bahkan ceritadari akar sampai ujung tentang TFBOYS. Sebenarnya aku memang suka tapi tidak terlalu tahu juga soal mereka, yaah kebetulan lagu-lagu mereka easy listening saja. Sementara Pika bahkan tahu soal fanwar sesame fans TFBOYS
Kehebohan kami membuat kelompok Tian yang sedang serius mendiskusikan tugas merasa terganggu dan menyuruh kamu keluar kalau tidak mengerjakan tugas. Kemudian aku dan Pika melanjutkan pembicaraan kamu di luar sambil berjalan ke parkiran. Pika sangat bersemangat ketika menceritakn ketertarikannya kepada boyban asal China yang lagi terkenalnya itu. Aku senang juga akhirnya aku mendapatkan teman baru. Teman yang tidak hanya menjadi pelengkap tugas kelompokku tetapi juga tempat berbagi cerita. Sejak tugas kelompok Biologi, aku dan Pika menjadi teman dekat. Kita sering pergi bersama untuk makan, nonton hanya jalana-jalan saja
“kenapa kamu bisa kenal sama Tian? Maksudku dari semua anak di kelas kenapa malah nempel sama dia mulu” tanya Pika suatu hari ketika kami mau menonton film
“dia teman masa kecilku, dulu aku tinggal di Jogja kemudian pindah ke Surabaya waktu kelas 5 SD…eeh sekarang balik Jogja lagi” kataku
“Tian adalah teman dekatku dulu, kita tetanggaan tetapi sejak pindah kita jarang komunikasi yaah namanya juga anak kecil, trus waktu pindah kesini aku kaget dia masih tinggal di sebelah rumahku, yaah gitulah karena dia cuma satu-satunya orang aku kenal di kelas. Lagian di kelas kita tuh sereeeeem, pada gila belajar banget cuy sampai aku berani deketin” lanjut penjelasanku dengan tertawa setelahnya
Pika yang menyadarinya pun ikut tertawa, kelas mereka memang penuh ambisi sampai ga kenal teman satu kelas karena sibuk belajar mulu. Pika bilang kalau Tian memang dingin gitu sama siapa saja di kelas, dia bilang satu-satunya temannya cuma Adam yang betah nyamperin ngajak main basket biasanya. Aku baru tahu kalau Tian punya teman aku pikir dia tidak akan berteman dengan sifatnya yang belagu itu. Pika banyak cerita kalau murid yang paling normal di kelas tuh cuma dia dan aku dipaksa untuk mengakuinya
“Pika, kelompok kamu maju presentasikan makalahmu” perintah Pak Eko
“kamu ga ngerjain Pak” ucap Pika
“ga ngerjain gimana? kan kemarin sudah dibagi kelompoknya” tanya Pak Eko
“ya gimana mau ngerjain kalau ga ada yang datang buat ngerjain malah pada pulang” sanggah Pika yang membuat teman sekelompok bahkan sekelas pun memandanginya
Sebenarnya aku sudah tahu kalau Pika bakal ga akan menyelesaikan tugas kelompoknya untuk memberi pelajaran pada anak-anak lainnya untuk ga ngandalin dia salah satu orang mulu. Pika waktu itu pernah bilang kalau kelas kami memang pintar secara individual untuk berkelompok mereka tidak bisa.
Akhirnya Pak Eko menghukum kelompok kami di luar dan di suruh mengerjakannya di kumpulkan besok. Aku dan Pika hanya saling senyum saja melihat ketiga teman kelompoknya yang geram terhadap tingkap Pika.
Sepulang sekolah aku menunggu Tian di parkiran untuk pulang bareng. Tian mengambil sepedanya dan aku mengikutinya dari belakang. Aku hanya ingin pulang bareng tidak masalah kalau dia tidak ingin bicara denganku. Namun, tiba-tiba Tian mengatakan sesuatu yang tidak biasanya dia akan mulai pembicaraan dengan orang lain bahkan aku
“aku….” Ucap Tian yang patah-patah
“aku tidak melupakanmu, jadi ga perlu mengikuti mulu sekarang” kata Tian yang membuatku senang. Mendengar ucapannya justru membuatku semakin ingin setiap hari pulang bareng dengannya
“kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri??” tanya Tian dengan nada suara yang kembali dingin
“aku senang aja bisa pulang bareng sama kamu apalagi pas kamu bilang kalau sebenarnya kamu ga lupa sama aku” kataku sambil berjalan di sampingnya
“tapi kenapa menyangkal untuk tidak mengingatku?” tanyaku penasaran sembari mendekatku badanku padanya. Aku dan Tian selama beberapa detik saling membeku bertatap muka. Kemudian Tian menyingkirkan padangannya dan lanjut berjalan
“Tiaaaan……” kataku bersuara kencang
“Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk berteman dengan orang baru” kataku padanya sambil tersenyum tapi Tian tidak mengerti dengan ucapanku dan malah bilang aneh
“tapi tenang aja, aku ga masih mau temenan sama kamu kok” kataku sambil menepuk pundak Tian
Akhirnya aku dan Tian pun mulai berteman bukan hanya saling berteman tetapi saling mendapatkan teman. Aku ingat waktu Pika bilang Tian juga punya teman lainnya yaitu Adam. Aku pun merasa dengan tugas kelompok ini membukakanku pintu pertemanan.
No comments:
Post a Comment